My Blogs

Menggapai Ilmu Setinggi Langit...

Bahasa merupakan salah satu alat/media untuk mengadakan interaksi terhadap manusia yang lain. Jadi dengan adanya bahasa kita kita dapat berhubungan dengan masyarakat lain yang akhirnya melahirkan komunikasi dalam masyarakat.
Bahasa Indonesia mempunyai sebuah aturan yang baku dalam penggunaannya, namun dalam prakteknya sering terjadi penyimpangan dari aturan yang baku tersebut. Kata-kata yang menyimpang disebut kata non baku karena faktor lingkungan. Hal ini mengakibabkan daerah yang satu berdialek berbeda dengan dialek didaerah yang lain, walaupun bahasa yang digunakannya terhadap bahasa Indonesia.

BAHASA BAKU

Bahasa Baku adalah salah satu ragam bahasa yang dijadikan pokok, yang diajukan dasar ukuran atau yang dijadikan standar.

Ciri-Ciri Bahasa Baku :

1.      Komunikasi resmi, yakni dalam surat menyurat resmi, surat menyurat dinas, pengumuman- pengumuman yang dikeluarkan oleh instansi resmi, perundang-undangan, penamaan dan peristilahan resmi, dan sebagainya.
2.      Wacana teknis seperti dalam laporan resmi, karangan ilmiah, buku pelajaran, dan sebagainya.
3.      Pembicaraan didepan umum, seperti dalam ceramah, kuliah, pidato dan sebagainya.
4.      Pembicaraan dengan orang yang dihormati dan sebagainya. Pemakaian (1) dan (2) didukung oleh bahasa baku tertulis, sedangkan pemakaian (3) dan (4) didukung oleh ragam bahasa lisan.

 Kalimat baku

· Kalimat yang secara efektif dapat dipakai untuk menyampaikan gagasan secara tepat.
· Tujuannya, agar intonasi tersampaikan secara baik.

TIDAK BAKU

~ Kata yang digunakan tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang ditentukan.
~ Dalam bahasa percakapan sehari-hari, bahasa tutur.

Penggunaan Kaidah Tata Bahasa

Kaidah tata bahasa normatif selalu digunakan secara ekspilisit dan konsisten. Misalnya:

1. Pemakaian awalan me- dan awalan ber- secara ekpilisit dan konsisten.
Misalnya:
Bahasa baku
- Gubernur meninjau daerah kebakaran.
- Pintu pelintasan kereta itu kerja secara otomatis.

2. Pemakaian kata penghubung bahwa dan karena dalam kalimat majemuk secara ekspilisit. Misalnya:
Bahasa Baku
- Ia tidak tahu bahwa anaknya sering bolos.
- Ibu guru marah kepada Sudin, ia sering bolos.

3. Pemakaian pola frase untuk predikat: aspek + pelaku + kata kerja secara konsisten. Misalnya:
Bahasa Baku
- Surat anda sudah saya terima.
- Acara berikutnya akan kami putarkan lagu-lagu perjuangan.

Bahasa Tidak Baku
- Surat anda saya sudah terima.
- Acara berikutnya kami akan putarkan lagu-lagu perjuangan.

4. Pemakaian konstruksi sintensis. Misalnya:
  Bahasa Baku           Bahasa Tidak Baku
  Suaminya                  dia punya suami
  Memberitahukan       kasih tahu
  Mereka                      itu orang
  Kemari                      kesini

5. Menghindari pemakaian unsur gramatikal dialek regional atau unsure gramatikal bahasa daerah. Misalnya:
Bahasa Baku
- Dia mengontrak rumah di Kebayoran lama
- Mobil paman saya baru

Bahasa Tidak Baku
- Dia ngontrak rumah di Kebayoran lama.
- Paman saya mobilnya baru.

Penggunaan Kata-Kata Baku
Masuknya kata-kata yang digunakan adalah kata-kata umum yang sudah lazim digunakan atau yang frekuensi penggunaanya cukup tinggi. Kata-kata yang belum lazim atau masih bersifat kedaerahan sebaiknya tidak digunakan, kecuali dengan pertimbangan - pertimbangan khusus. Misalnya:
Bahasa Baku               Bahasa Tidak Baku
- cantik sekali              - cantik banget
- lurus saja                   - lempeng aja
- masih kacau              - masih semrawut
- uang                          - duit
- tidak mudah              - enggak gampang
- diikat dengan kawat - diiket sama kawat
- bagaimana kabarnya - gimane kabarnye


Penggunaan Ejaan Resmi Dalam Ragam Tulisan
Ejaan yang kini berlaku dalam bahasa Indonesia adalah ejaan yang disebut ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan (singkat EyD) EyD mengatur mulai dari penggunaan huruf, penulisan kata, penulisan partikel, penulisan angka penulisan unsur serapan, sampai pada penggunaan tanda baca. Misalnya:
  Bahasa Baku           Bahasa Tidak Baku
  bersama-sama         bersama2
  melipatgandakan     melipat gandakan
  pergi ke pasar          pergi kepasar
  ekspres                    ekspres, espres
  sistem                      sistim


Penggunaan Lafal Baku Dalam Ragam Lisan
Hingga saat ini lafal yang benar atau baku dalam bahasa Indonesia belum pernah ditetapkan. Tetapi ada pendapat umum bahwa lafal baku dalam bahasa Indonesia adalah lafal yang bebas dari ciri-ciri lafal dialek setempat atau lafal daerah.
Misalnya:
Bahasa Baku               Bahasa Tidak Baku
- atap                           - atep
- habis                          - abis
- senin                          - senen
- mantap                      - mantep
- hilang                        - ilang
- dalam                        - dalem

Penggunaan Kalimat Secara Efektif
Maksudnya, kalimat-kalimat yang digunakan dapat dengan tepat menyampaikan pesan dengan pembicaraan atau tulisan kepada pendengar atau pembaca, persis seperti yang di maksud pembicara atau penulis.
 
Keefektifan kalimat ini dapat dicapai antara lain dengan:

1. Susunan kalimat menurut aturan tata bahasan yang benar, misalnya:
Bahasa Baku
- Pulau Buton banyak menghasilkan aspal.
- Tindakan-tindakan itu menyebabkan penduduk merasa tidak aman dan keluarganya merasa 
   tidak aman.
Bahasa Tidak Baku
- Di pulau Buton banyak menghasilkan aspal.
- Tindakan-tindakan itu menyebabkan penduduk merasa tidak aman dan keluarganya.

2. Adanya kesatuan pikiran dan hubungan yang logis di dalam kalimat. Misalnya:
Bahasa Baku
- Dia datang ketika kami sedang makan.
- Loket belum dibuka walaupun hari sudah siang.

Bahasa Tidak Baku
- Ketika kami sedang makan dia datang.
- Loket belum dibuka dan hari tidak hujan.

3. Penggunaan kata secara tepat dan efesien. Misalnya:
Bahasa Baku
- Korban kecelakaan lalu lintas bulan ini bertambah.
- Panen yang gagal memaksa kita mengimpor beras.
.
Bahasa Tidak Baku
- Korban kecelakaan bulan ini naik.
- Panen gagal memungkinkan kita mengimpor beras.

4. Penggunaan pariasi kalimat atau pemberian tekanan pada unsur kalimat yang ingin                   
    ditonjolkan. Misalnya:
    Kalimat Biasa
    - Dia pergi dengan diam-diam.
    - Dengan pisau dikupasnya mangga itu.

Kalimat Bertekanan
- Pergilah dia dengan diam-diam.
- Dengan pisaulah dikupasnya mangga itu.

Baku
Tidak Baku
Apotek
apotik
Atlet
atlit
Cenderamata
cinderamata
Konkret
konkrit
Sistem
sistim
Telepon
tilpon
Pertanggungjawaban
pertanggung jawaban
utang
hutang
pelanggan
langganan
hakikat
hakekat
kaidah
kaedah
dipersilakan
dipersilahkan
anggota
anggauta
pihak
fihak
disahkan
disyahkan
lesung pipi
lesung pipit
mengubah
merubah
mengesampingkan
mengenyampingkan
Kualitas
kwalitas
Universitas
university
Aktivitas
Aktifitas
Hierarki
hirarkhi
Grup
group

Beberapa kesalahan yang menghasilkan kalimat tidak baku:

1. Terpengaruh bahasa daerah
contoh:
Apa kamu sudah makan?
Apakah kamu sudah makan?
Bukumu ada di saya ~ Bukumu ada pada saya.

2. Terpengaruh bahasa asing
contoh:
- Orang yang mana berbaju putih itu abangku.
- Orang yang berbaju putih itu abangku.

3. Kerancuan
contoh:
- Di sekolahku mengadakan pesta.
- Di sekolahku diadakan pesta.
- Sekolahku mengadakan pesta.

4. Kemubaziran
Contoh :- Kami semua sudah hadir.
- Kami sudah hadir.

5. Terpengaruh bahasa tutur
Contoh :- Saya sudah bilang sama dia.
- Saya sudah berkata dengan dia.
- Emangnya itu bini Tono ?
- Apakah itu istri Tono?

6. Salah susunan kata
Contoh :- Kami sudah baca suratmu.
- Suratmu sudah kami baca.
Ragam baku dapat dikenali dari beberapa sifatnya. Seperti halnya dengan bahasa-bahasa lain di dunia, bahasa Indonesia menggunakan bahasa orang yang berpendidikan sebagai tolok ukurnya. Ragam ini digunakan sebagai tolok ukur karena kaidah-kaidahnya paling lengkap diperikan.  Pengembangan ragam bahasa baku memiliki tiga ciri atau arah, yaitu:
1.    Memiliki kemantapan dinamis yang berupa kaidah dan aturan yang tetap. Di sini, baku atau standar berarti tidak dapat berubah setiap saat.
2.    Bersifat kecendikiaan. Sifat ini diwujudkan dalam paragraf, kalimat, dan satuan-satuan bahasa lain yang mengungkapkan penalaran dan pemikiran yang teratur, logis dan masuk akal
3.    Keseragaman. Di sini istilah “baku” dimaknai sebagai memiliki kaidah yang seragam. Proses penyeragam bertujuan menyeragamkan kaidah, bukan menyeragamkan ragam bahasa, laras bahasa, atau variasi bahasa.
Ada beberapa ciri yang dapat digunakan untuk mempertimbangkan kebakuan kalimat, antara lain:
1.    Pelesapan imbuhan, misalnya “Kita harus hati-hati dalam menentukan sample penelitian ini” (seharusnya “berhati-hati”).
2.    Pemborosan kata yang menyebabkan kerancuan atau bahkan kesalahan struktur kalimat, misalnya “Dalam rapat pimpinan kemarin memutuskan susunan pengurus baru” (kata dalamdapat dibuang).
3.    Penggunaan kata yang tidak baku, termasuk penggunaan kosakata bahasa daerah yang belum dibakukan. Contoh, “Percobaan yang dilakukan cuma menemukan sedikit temuan” (Cuma diganti hanya).
4.    Penggunaan kata hubung yang tidak tepat, termasuk konjungsi ganda, misalnya ”Meskipun beberapa ruang sedang diperbaiki,tetapi kegiatan sekolah berjalan terus.” (konjungsi tetapisebaiknya dihilangkan karena sudah ada konjungsi  meskipun).
5.    Kesalahan ejaan, termasuk penggunaan tanda baca.
6.    Pelesapan salah satu unsur kalimat, misalnya ”Setelah dibahas secara mendalam, peserta rapat menerima usul tersebut” (subjek anak kalimat ‘usul tersebut’ tidak boleh dilesapkan).
Buku Sabarianto (2001) dalam daftar pustaka di bawah memuat beberapa contoh tentang penggunaan bahasa Indonesia baku.

Penggunaan Kata-Kata Baku
Masuknya kata-kata yang digunakan adalah kata-kata umum yang sudah lazim digunakan atau yang perekuensi penggunaanya cukup tinggi. Kata-kata yang belum lazim atau masih bersifat kedaerahan sebaiknya tidak digunakan, kecuali dengan pertimbangan- pertimbangan khusus. Misalnya:

Bahasa Baku               Bahasa Tidak Baku
- cantik sekali               - cantik banget
- lurus saja                   - lempeng saja
- masih kacau               - masih sembraut
- uang                             - duit
- tidak mudah                  - enggak gampang
- diikat dengan kawat      - diikat sama kawat
- bagaimana kabarnya     - gimana kabarnya

Penggunaan Ejaan Resmi Dalam Ragam Tulisan
Ejaan yang kini berlaku dalam bahasa Indonesia adalah ejaan yang disebut ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan (singkat EyD) EyD mengatur mulai dari penggunaan huruf, penulisan kata, penulisan partikel, penulisan angka penulisan unsur serapan, sampai pada penggunaan tanda baca. Misalnya:
Bahasa Baku               Bahasa Tidak Baku
- bersama-sama          - bersama2
- melipatgandakan       - melipat gandakan
- pergi ke pasar            - pergi kepasar
- ekspres                      - expres, espres
- sistem                        - sistim

Penggunaan Lafal Baku Dalam Ragam Lisan
Hingga saat ini lafal yang benar atau baku dalam bahasa Indonesia belum pernah ditetapkan. Tetapi ada pendapat umum bahwa lafal baku dalam bahasa Indonesia adalah lafal yang bebas dari ciri-ciri lafal dialek setempat atau lafl daerah.
Misalnya:
Bahasa Baku      Bahasa Tidak Baku
- atap                  - atep
- menggunakan  - menggaken
- pendidikan       - pendidi’an
- kalaw               - kalo,kalo’
- habis                - abis
- dengan            - dengen
- subuh              - subueh
- senin               - senen
- mantap            - mantep
- pergi                - pigi
- hilang               - ilang
- dalam               - dalem

Jadi kesimpulannya adalah  Bahasa baku adalah salah satu ragam bahasa yang dijadikan pokok ajuan, yang dijadikan dasar ukuran atau yang dijadikan standar. Ragam bahasa baku bahasa Indonesia memang sulit untuk dijalankan, atau yang digunakan karena untuk memahaminay dibutuhkan daya nalar yang tinggi. Dengan menggunakan ragam bahasa baku, seseorang akan menaikkan
prestisenya.

0 komentar:

Posting Komentar

IP Address Anda

Pengikut

Komentar Anda


ShoutMix chat widget

About this blog

Download Film Gratisss...