Akhir-akhir ini ilmuwan makin banyak mendapat bukti keberadaan kehidupan di tempat lain di alam semesta. Namun, apakah makhluk asing (ET) akan benar-benar ditemukan?
Beberapa hari terakhir peneliti menemukan mikroba yang hidup di arsenic. Awal tahun ini, untuk pertama kalinya astronom mengatakan menemukan planet yang berpotensi dapat dihuni.
“Bukti itu semakin kuat,” kata direktur Astrobiology Institute NASA Carl Pilcher. “Seolah bukti ini mengatakan, pasti ada kehidupan di luar sana".
Karena penelitian-penelitian ini masih baru, ilmuwan masih berdebat untuk mendapatkan kesimpulan solid. Pekan ini, beberapa ilmuwan mengkritik studi mikroba di arsenik dan mereka mempertanyakan keabsahannya.
Tanda-tanda kehidupan pertama cenderung mendekati bentuk lendir dibanding ekstraterestrial (ET). Lendir dapat berevolusi. Ilmuwan memperhitungkan kemungkinan adanya kehidupan di planet lain. Namun, inti sederhananya bergantung pada dua faktor dasar, berapa banyak tempat di luar sana yang mendukung kehidupan dan seberapa sulit kehidupan bertahan?
Temuan pekan lalu meningkatkan jumlah potensial hunian dan memperluas definisi kehidupan. Artinya, kemungkinan kehidupan asing lebih tinggi dari sebelumnya dan 10 ilmuwan menyetujuinya. Astronom senior SETI Institute California Seth Shostak mengatakan, “Semuanya mengarah ke kehidupan asing.”
Shostak mengatakan, berdasarkan bukti yang semakin menggunung, Bumi diyakini bukan menjadi satu-satunya tempat yang menyimpan keajaiban kehidupan. Namun, astronom belum memiliki bukti kehidupan lain. Tak ada alien hijau atau bakteri alien. Bahkan, mikroba arsenik yang ditemukan di Danau Mono California tak benar-benar alien. Mikroba itu hasil manipulasi laboratorium. Namun, astrobiologis NASA Chris McKay mengatakan sedang mencari kehidupan di Mars. “Hal ini merupakan hal nyata, dan kehidupan di tempat lain bukanlah anggapan konyol,” tegasnya.
Awalnya ada pertanyaan dasar di mana kehidupan seperti itu ada. Hingga beberapa tahun lalu, astronom mengira kehidupan bisa ditemukan di sekitar planet yang mengelilingi matahari. Di situlah, pencarian kehidupan terfokus. Sebanyak 90% bintang di alam semesta merupakan bintang kerdil merah, dan astronom mengasumsikan planet-planet itu tak memiliki kehidupan. Namun, tiga tahun lalu pakar NASA menyadari kemungkinan adanya kehidupan di planet yang mengorbit bintang kerdil merah.
Planet-planet itu harus lebih dekat dengan bintang dan tak berputar secepat bumi. Ilmuwan menganggap planet itu layak huni, meski kondisinya tak sama dengan bumi.
Astronom di University of Washington Donald Brownlee pesimistis karena ia yakin apa yang mungkin ada di luar sana tak mudah ditemukan. Jika ada, kemungkinan besar adalah mikroba yang tak dapat dilihat dari jarak jauh. “Selain itu, geologi dan gaya atmosfer pada planet mengevolusi kehidupan itu menjadi sesuatu yang kompleks atau cerdas,” katanya.
Jika kehidupan itu ditemukan, kandidat yang paling mungkin adalah Mars. “Kemungkinan kehidupan itu ada di bawah tanah di mana terdapat air,” kata astronom. Kemungkinan lain ada di bulan Jupiter bernama Europa atau bulan Saturnus Enceladus dan Titan.
Ilmuwan Harvard University Kaltenegger memaparkan, ada juga kemungkinan teleskop bisa melihat planet dengan atmosfer yang menunjukkan terjadinya fotosintesis. Kemudian, ada kemungkinan ditemukannya kehidupan asing di Bumi dari meteorit yang jatuh.
“Akhirnya, alien canggih akan menemukan kita atau kita dapat mendengar transmisi radio mereka,” kata McKay. Hal itulah yang dipelajari di SETI Institute, mendengarkan kehidupan cerdas. Di situ juga Shostak berinvestasi. Dalam kuliah publik, Shostak bertaruh secangkir kopi bagi semua orang. Ia bertaruh para ilmuwan akan menemukan bukti kehidupan asing pada 2026.
0 komentar:
Posting Komentar